Hidup Bersama Kasih Karunia Allah

Bacaan Alkitab: Ibrani 12:15-17

“Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.” (Ibr. 12:15)

Hidup Dekat dengan Kasih Karunia Tuhan

Beberapa kali saya berbincang-bincang dengan teman-teman yang baru menikah (masih sekitar satu tahun menikah). Mereka mengatakan bahwa ketika masa pacaran dulu, masih tidak apa-apa jika mereka harus terpisah jarak karena kesibukan atau pekerjaan mereka. Tetapi ternyata setelah menikah, mereka merasa sangat berat jika harus berpisah walau hanya sehari saja. Ada sesuatu yang membuat mereka selalu ingin dekat dengan pasangan mereka, terlebih bagi teman-teman saya yang telah memiliki anak.

Hidup Bersama Kasih Karunia Allah

Demikian juga dengan kehidupan kita sebagai orang percaya. Jika kita mengaku bahwa diri kita adalah orang-orang percaya, seharusnya kita juga memiliki kerinduan yang sama yaitu selalu ingin dekat dengan Tuhan. Firman Tuhan dalam bacaan Alkitab kita hari ini berkata agar kita tidak menjauhkan diri dari kasih karunia Allah (ay. 15). Apa itu kasih karunia Allah? Inti dari kasih karunia Allah bagi manusia berarti keselamatan dan penebusan dosa oleh Tuhan Yesus Kristus bagi setiap orang yang mau percaya kepada Yesus (Yoh. 1:17). Kita diselamatkan karena kasih karunia Allah, dan bukan karena hasil usaha kita (Ef. 2:8). Ketika kita sadar bahwa kita diselamatkan bukan karena usaha kita, maka seharusnya kita pun semakin bersyukur kepada Allah dan tidak akan menjauhkan diri kita dari Allah. Orang yang pergi menjauh dari Allah akan mendapati hidupnya semakin hancur dan berantakan.

Alkitab memberi contoh tentang kisah hidup Esau. Mungkin kita semua pernah membaca tentang bagaimana Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub, adiknya. Kira-kira, mengapa Esau sampai menjual hak kesulungannya dengan hanya seharga semangkuk sup kacang merah? Mungkinkah Esau sangat lapar? Saya rasa keluarga Ishak dan Ribka adalah keluarga yang kaya, Esau bisa saja meminta para pembantu untuk menyiapkan makanan dan pasti Esau akan makan kenyang dan enak. Saya rasa Esau tidak menganggap hak kesulungan itu sebagai sesuatu yang penting. Alkitab mengatakan bahwa Esau mempunyai nafsu yang rendah (ay. 16), dan akibat dari kesalahannya itu, ia pun akhirnya tidak menerima berkat yang sebetulnya sudah disiapkan Tuhan baginya (ay. 17). Memang penyesalan itu selalu datang kemudian.

Tetapi jika kita perhatikan, ada benang merah antara ayat 15 dengan kisah Esau tersebut. Saya merasa salah satu sebab Esau sampai menjual hak kesulungannya adalah karena ia tidak dekat dengan Ishak dan Ribka sebagai orang tua yang nantinya akan memberi berkat kepada dirinya. Alkitab mengatakan bahwa Esau tumbuh menjadi seorang pemburu, yang suka tinggal di padang, sementara Yakub lebih suka tinggal di rumah (Kej. 25:27). Esau merupakan gambaran dari manusia yang suka hidup jauh dari sumber berkat, yaitu Tuhan. Manusia yang seperti ini akan mudah sekali memiliki akar pahit dan akhirnya memandang rendah berkat Tuhan. Mereka tidak hidup dekat dengan Tuhan sehingga mereka tidak mengetahui apa yang Tuhan inginkan bagi mereka.

Ini merupakan peringatan bagi kita untuk tidak menjauh dari kasih karunia Tuhan. Apa yang kita bisa lakukan untuk tidak jauh dari kasih karunia Tuhan? Pertama, miliki sikap seperti Maria yang duduk dekat kaki Tuhan dan mendengarkan perkataan Tuhan (Luk. 10:39). Hal ini dapat diartikan bahwa kita harus memiliki waktu khusus bagi Tuhan, yaitu dalam saat teduh dan jam-jam doa kita secara pribadi kepada Tuhan. Kedua, kita tidak boleh menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita (Ibr. 10:25). Bagaimanapun juga, dengan menghadiri ibadah dan bersekutu dengan orang lain, hal tersebut akan membantu iman kita untuk bertumbuh. Ingatlah, bahwa semakin jauh kita dari Tuhan, maka semakin dekat kita dengan kebinasaan.

Bacaan Alkitab: Ibrani 12:15-17

12:15 Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

12:16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.

12:17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.

Bagikan Ini :

Previous
Next Post »