Bahan Bacaan Kristen hari ini : Matius 6:5-8
Renungan Harian : Sikap Dalam Doa
Doa..... apalagi namanya kalau bukan
sebagai “nafas hidup orang beriman” seperti yang sering orang
istilahkan? Ya, itulah makna doa. Sebagian orang ada yang mengatakan
bahwa doa adalah “meminta” kepada Tuhan. Oh, itu juga ada benarnya.
Sebab, apa pun alasan Anda mendefinisikan tentang doa, ujung-ujungnya
pasti juga soal meminta. Ada juga orang mengatakan bahwa berdoa itu
adalah sarana “berkomonikasi dengan Allah”. Oh, siapa yang mengatakan
itu salah? Kalau doa bukan berkomunikasi dengan Allah, lalu apa istilah
lain yang lebih tepat untuk kita dapat menggambarkannya secara sempurna?
Saudara, sepanjang kita menganggap bahwa doa itu penting dan berharga,
sepanjang itu pula kita kita memberikan makna yang berharga sebagai
bentuk logis penghargaan kita tentang doa. Tentang doa, tidak jarang
saking orang menghargainya, soal cara pun dipersoalkan. Ya, sampai
sampai soal mana cara doa yang benar yang sekiranya berkenan kepada
Tuhan!
Ada yang berpendapat bahwa berdoa dengan lipat tangan dan pejamkan mata,
itu cara yang paling khusuk dalam berdoa. O, ya? Yang lain lagi
berpendapat, bahwa berdoa itu bebas, sebebas kita mengekspresikan jiwa
kita, tanpa harus terikat dengan cara segala. Biasanya kedua ektrim
tersebut mempunyai alasan masing-masing. Yang menganggap bahwa berdoa
dengan lipat tangan dan pejamkan mata, itu cara berdoa yang lebih sreg!
Oh...oh...oh...oh... alasannya? Karena dengan lipat tangan dan pejamkan
mata itu merupakan ekspresi paling mendalam yang merangkum seluruh jiwa
raga secara bulat dan utuh. Oh, ya? Sedangkan yang mengatakan, bahwa
berdoa dengan dengan tangan bebas, sikap tengadah ke atas dan tanpa
tutup mata itulah cara berdoa yang benar! Oh...oh...oh...oh...alasannya?
Karena itulah cara berdoa yang paling alkitabiah, ada ayatnya lagi! Oh,
ya?
Soal doa..... terkadang kita hanya sibuk mempermasalahkan soal cara, dan
soal dengan kalimat apa dan bagaimana kita harus berdoa. Padahal
persoalan kita yang paling prinsif adalah, apakah kita sungguh-sungguh
menganggap bahwa doa itu sebagai nafas hidup kita? Apakah kita
menganggap bahwa doa itu sesuatu yang penting dalam hidup kita sehingga
kita menjadi sungguh-sungguh berdoa? Jika jawabnya “Ya”, tentu kita akan
selalu berdoa, baik ketika mengawali segala aktivitas memohon
penyertaan, petunjuk dan berkat dari Tuhan dan mengakhiri aktivitas kita
dengan ucapan syukur dalam doa-doa kita. Bukan hanya sekekali berdoa,
kapan-kapan diperlukan. Kapan-kapan berdoa, tunggu masalah menimpa, baru
berdoa. Layaknya ban serep, kapan-kapan dibutuhkan! Jika jawabannya
“Ya”, tentu kita akan berusaha untuk belajar berdoa, supaya bisa berdoa.
Bukan seumuran tak bisa berdoa. Mengucapkan beberapa kalimat mohon
berkat Tuhan ketika hadapi piring makanan pun sampai kiamat terlalu
sulit untuk diucapkan!
Memang banyak orang yang dapat berdoa dengan lancar, kata-katanya pun
indah di dengar. Itu baik, tidak salah. Kita tidak boleh mengatakan
bahwa orang-orang yang mengucapkan kalimat doanya dengan indah itu
salah. Tidak, tidak sama sekali! Apalagi kalau itu memang cara dia
berdoa, karena sudah terbiasa berdoa. Tetapi masalahnya, bila doa itu
hanya sebatas mulut, apa pun sikap tubuh yang Anda peragakan, belumlah
berarti apa-apa untuk sebuah doa dalam arti yang sesungguhnya! Itu
hanyalah ibarat buah-buah plastik. Bagus dan menarik kulitnya, indah
bentuknya menyerupai buah yang aslinya, tapi kosong tak berisi. Namun
salah jugalah kita, bila hanya karena alasan bahwa karena itu “maha
tahu” lalu kita sembarangan saja mengucapkan kalimat doa, kesana kemari
tidak jelas tujuan, berputar-putar cukup lama akhirnya kembali ke
kalimat semula. Ibaratkan kapal pesiar yang hanya mondar mandir di
tengah lautan akhirnya kembali lagi ke dermaga semula! Apalagi bila ini
dilakukan untuk doa syafaat, maaf......jangan-jangan hanya memperlambat
berkat, padahal Tuhan sudah mau mencurahkan berkat secara cepat! Lalu
bagaimana sikap yang benar di dalam doa? Nah ini. Sederhana sekali,
seperti yang Yesus ajarkan dalam nas ini. Apa intinya?
Bagaimana Cara Berdoa yang Benar ?
Pertama,
berdoa yang benar itu harus dimulai dari kedalaman niat hati yang
murni. Bukan dimulai dari cara apa Anda berdoa. Bukan dimulai dari
bagaimana tangan, kepala atau mata Anda! Bukan pula dimulai dari mulut
atau kalimat yang hanya basa basi ada di mulut, sementara hati masih
terpenjara dalam benci, dendam, dan diselimuti awan keduniawian yang
hitam! Ya, mulailah dari hati yang murni, dan ekspresikan dengan sepenuh
jiwa raga secara nyaman, pantas, yang sekiranya layak Allah berkenan.
Jika ini Anda lakukan, kecil kemungkinan Anda akan berdoa seperti orang
munafik, seperti yang Yesus sebutkan (ay. 5).
Kedua, ungkapkan saja isi hati Anda secara wajar walau dengan kalimat
yang sederhana, dengan kerendahan hati, tapi jelas dan bermana. Bukan
sekedar kata-kata indah yang hanya basa-basi semata. Apalagi kata-kata
yang sifatnya membentak-bentak, memaksa-maksa Tuhan. Terlebih dengan
Tuhan, ucapkanlah kalimat dengan sopan, karena Anda sedang berbicara
dengan Raja di atas segala Raja! (ay.7).
Ketiga, milikilah sikap berdoa layaknya seperti seorang anak kepada
bapaknya. Ya, layaknya seorang anak yang meyakini bahwa bapaknya pasti
lebih mendengarkannya, ketimbang dengan bapak orang lain. Ya, seperti
seorang anak yang meyakini bahwa ayahnya pasti menyayangi dan
mengasihinya. Ya, seperti seorang anaka yang meyakini bahwa yang akan
diberikan bapaknya kepadanya adalah pemberian yang baik, jika ia minta
roti atau ikan yang nikmat dan menyenangkan, bukan diberikan batu atau
ular atau yang mematikan! ((ay.8; bdk.Mat. 7:8-11). Ya, seperti seorang
Anak yang bergantung dan percaya sepenuhnya atas kebaikan, kemurahan dan
kasih sayang bapaknya!
Saudara, terlalu sulitkah berdoa? Bisa jadi, bila itu dilakukan dengan
cara-cara berdoa orang munafik. Karena orang munafik bila berdoa harus
memerankan tiga cara sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Bagaimana
memikirkan strategi supaya dianggap benar-benar berdoa, padahal hatinya
tidak. Bagaimana memikirkan kaki, tangan, kepala dan mata terlebih
dahulu, ya berdoa sambil berpikir! Belum lagi memikirkan kata-kata untuk
di taruh di mulut, sementara hatinya disembunyikan. Ya, berdoa cara
munafik memang sulit!
Saudara, apakah berdoa itu sulit? Oh...Ternyata tidak sulit bagi
orang-orang yang sungguh rindu untuk berdoa. Yang menjadikan doa itu
sebagai nafas hidupnya! Ya, seperti semudah dan seindah ketika anda
secara otomatis bernafas. Seperti bahagianya seorang anak ketika
berkomunikasi dengan bapaknya walau terkadang ia ungkapkan kata-katanya
dengan terbata-bata, polos dan bersahaja. Tapi semua dimengerti oleh
bapaknya walau sebelum semua kalimatnya berakhir yang tak mampu ia
ucapkan secara tuntas! Saudara, sulitkah berdoa? Oh, tidak! Semudah bila
saja Anda mau segera bertindak untuk mencoba. Ibaratkan lampu listrik,
tinggal Anda tekan stop kontak maka lampu akan segera menyala! AMIN!