Istilah yang kerap kali muncul dalam perikop ini adalah μακροθυμέω (makrothumeo, have patient). Kata ini (dan variansi deklensinya) muncul sebanyak 4 kali. Kemudian kata yang mempunyai makna serupa juga muncul sebanyak 2 kali dalam perikop ini, yakni ὑπομονή (hupomone, patience, endurance). Kemunculan istilah kesabaran hingga 6 kali dalam 5 ayat ini menunjukkan bahwa Yakobus sangat menekankan tema ini dan ia menuliskannya supaya pembacanya mempraktekkan kesabaran (Davids). Ia melihat hal ini adalah hal yang sangat penting bagi jemaat yang menerima suratnya dan diberikan tekanan dengan repetisi yang cukup banyak.
Perikop ini adalah bagian awal dari narasi penutup surat Yakobus (Davids). Jadi Yakobus menutup suratnya dengan menekankan kembali apa yang telah ia katakan di awal suratnya yakni bertahan dan sabar dalam pergumulan dan berbagai-bagai pencobaan. Menurut para ahli perikop ini tidak bisa dipisahkan dengan perikop sebelumnya (5:1-6) dan harus dipahami sebagai bagian bagian yang utuh. Sehingga masalah penderitaan yang dimaksudkan di sini berhubungan dengan kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang kaya.
7 Karena itu bersabarlah saudara-saudara sampai kedatangan Tuhan (the coming of the Lord). Lihat! Seorang petani menantikan buah yang berharga dari tanah, bersabar terhadap hal tersebut, sampai ia menerima hujan awal dan hujan akhir. 8 Kamu juga harus bersabar dan teguhkanlah hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!
Yakobus meresponi pergumulan penderitaan jemaat dengan menyatakan adanya present judgment terhadap orang-orang kaya. Kesimpulan ini diperoleh dengan menghubungkannya dengan perikop sebelumnya yang menyatakan bahwa penghakiman terhadap orang-orang kaya sudah dimulai. Jadi penghukuman atas mereka adalah suatu bentuk pertolongan Tuhan bagi mereka yang sedang dalam pergumulan bahwa Allah tidak meninggalkan mereka. Namun demikian para pembaca harus terus bertekun dalam kesabaran menghadapi semua penderitaan tersebut. Sebab kesabaran, pada awal surat ini, diindikasikan sebagai kebajikan yang dihasilkan dari berbagai-bagai pencobaan (1:2-4, 12). Sehingga hanya dengan tetap bertahan dalam penderitaanlah mereka bisa menghasilkan kebajikan.
Sampai kapan mereka harus bersabar menghapi penderitaan dan pencobaan? Sampai hari kedatangan Tuhan (atau sampai mereka dipanggil Tuhan). Kedatangan Tuhan mengandung pengharapan. Pengharapan di mana seluruh pergumulan dan penderitaan akan selesai dan mereka akan merima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah bagi mereka yang tahan uji (Yak. 1:12).Masalahnya menunggu hari kedatangan Tuhan adalah sebuah proses yang panjang (2 Petrus 3), bahkan waktu tersebut tidak terprediksi karena hari Tuhan datang seperti pencuri pada waktu malam (1 Tes. 5:2, 2 Pet. 3:10). Oleh karena itu Yakobus perlu memberikan pembacanya teladan kesabaran dari kehidupan sehari-hari.
Nama Yesus atau ( Kristus, atau Yesus Kristus) hanya muncul dalam 2 ayat pertama kemudian tidak pernah muncul lagi dalam keseluruhan surat Yakobus. Meskipun Yakobus menggunakan nama itu sangat minim tetapi istilah kedatangan Tuhan yang dimaksud olehnya mengacu pada kedatangan Kristus.
ἰδοὺ (behold!, lihat!) merupakan kata yang cukup sering digunakan oleh penulis PB untuk menekankan sesuatu dan mengajak para pembaca konsentrasi pada suatu hal. Di sini Yakobus mengajak jemaat untuk memperhatikan kehidupan petani dan belajar dari kesabaran yang mereka miliki ketika mereka menanam dan menantikan hasilnya. Petani yang dimaksud bukanlah pekerja bayaran yang bekerja untuk sebuah pertanian, melainkan petani kecil yang memiliki tanah pertanian yang tidak terlalu besar. Petani kecil biasanya menanam tanamannya dengan hati-hati dan penuh pengharapan untuk panen. Kehidupan keluarga seorang petani sangat tergantung pada hasil panen. Jadi petani selalu mengharapkan (wait for, expect) suatu masa depan yang sesuai harapan. Ia adalah orang yang sangat mengerti betapa berharganya hasil panen tersebut sehingga ia perlu melatih kesabarannya apapun yang terjadi. Ia sabar menunggu dengan mata pengharapan bahwa suatu waktu akan datang masa panen. Penantian tersebut akan terus berlangsung hingga hujan awal dan hujan akhir.
Baik hujan awal (Oktober-November atau Desember-Januari) maupun hujan akhir (Maret-April) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi petani yang seperti ini unik hanya terjadi di daerah ujung timur Mediterania. Sebagian ahli (Dibelius, Marshall, Hukum) mengklaim bahwa hal ini hanyalah sebuah gambaran tradisional yang dicatat oleh penulis secara sepintas karena Kel. 11:14 (… Ia akan memberikan… hujan awal dan hujan akhir) yang merupakan bagian dari Shema yang dibaca setiap hari oleh orang Yahudi. Namun sebagian ahli yang lain (Hadidian, Kittel, Mayor, Adamson dan Oesterley) berpendapat bahwa hujan awal dan akhir mengacu pada situasi daerah Palestina. Argumen-argumen yang mendukung pandangan kedua ini adalah: (1) elipsis dari ὑετὸν (“hueton” – hujan, dalam Yak. 5:18) lebih memungkinkan sebagai gaya bahasa daerah Yakobus (bnd. 3:11) daripada dihubungkan dengan kitab suci, shema; (2) tidak ada bukti dalam literatur para rabi dan literature Yahudi lainnya serta para Bapa Apostolik atau apologis awal bahwa gambaran ini digunakan di luar Palestina atau dalam tradisi Kristen; (3) tema-tema ayat-ayat yang dikutip tidak cocok dengan tema kesabaran dalam Yakobus; dan (4) konteks keseluruhan ini dan di 5:1-6 sesuai dengan situasi pertanian di Palestina sebelum 70 M. Jadi yang terbaik adalah dengan melihat teks ini sebagai gambaran alamiah dari seorang penulis yang familiar dengan pergumulan dan kesabaran para petani menantikan hujan bagi tanaman mereka.
Pesan menanti dan sabar mengandung nuansa tetap bekerja. Jadi selama para petani tersebut menunggu mereka tetap bekerja dan mengolah tanah. Oleh sebab itu kesabaran dalam pergumulan bukanlah suatu tindakan yang pasif tetapi juga aktif. Mereka tidak hanya berdiam tetapi juga terus mengerjakan apa yang menjadi bagian mereka. Selama Tuhan belum datang maka mereka masih harus bekerja. Sebab pada bagian lain, Paulus menegur jemaat Tesalonika yang menjadi pasif karena kekeliruan memahami konsep kedatangan Tuhan yang sudah dekat, akibatnya mereka menjadi pasif dan tidak bekerja (2 Tes. 3:10-11).
Analogi kesabaran tentang petani sudah selesai. Yakobus kemudian mengulang kalimat imperatif pada ayat sebelumnya “kamu juga harus bersabar,” sebab para petani telah memberikan teladan kesabaran dalam pengharapan akan datangnya hujan bagi tanamannya sehingga para pembaca Yakobus juga akan bersabar sampai kedatangan Tuhan.
Pernyataan “kedatangan Tuhan” memberikan nuansa bahwa generasi mereka mungkin saja adalah generasi yang terakhir karena kedarangan Tuhan memang sudah sangat dekat. Namun “waktu yang singkat” itu bukanlah penekanan Yakobus dalam suratnya, sebab tidak seorang pun yang tahu kapan Tuhan akan datang. Sehingga yang terpenting adalah bagaimana sikap mereka dalam menantikan kedatangan Tuhan yang semakin mendekat tersebut. Sehingga inti dari pernyataan ini adalah Yakobus mengajak jemaat untuk hidup dalam pengharapan akan Tuhan dan menantikannya dengan setia dan sabar meskipun harus menghadapi penderitaan.
9 Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Lihat! Hakim telah berdiri di ambang pintu.
Di dalam ayat ini kesabaran dipraktekkan dalam bentuk “tidak bersungut-sungut saling mempersalahkan/ κατ ἀλλήων.” Dalam teks LXX (PL dalam bahasa Yunani), istilah κατ ἀλλήων adalah ekspresi yang sering digunakan oleh Ayub, Yesaya, dan Yehezkiel. Pada dasarnya dalam penderitaan orang percaya masih diberikan ruang untuk mengadu atau “berkeluh kesah” kepada Tuhan seperti yang sering dilakukan oleh para pemazmur. Namun di sini Yakobus melarang mereka untuk bersungut-sungut dan saling menghakimi satu dengan yang lain. Karena sikap demikian justru akan cenderung menghancurkan dari pada membangun. Alasan mengapa perintah ini sangat penting adalah “hakim telah berdiri di depan pintu.” Ide ini diperkenalkan oleh kata ἰδού (“idou”/ behold!), yakni sebuah partikel yang lebih kuat dari γάρ (“gar”/ for) untuk menarik perhatian, meskipun bila diperhatikan dalam pasal ini penulis tidak menggunakan kata γάρ dan ada kemungkinan hal ini ada preferensi gaya penulisan Yakobus.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, penderitaan dan pergumulan jemaat muncul oleh karena penindasan dari pihak orang-orang kaya namun peringatan Yakobus kepada mereka adalah “jangan mengeluh” dan “jangan saling menyalahkan.” Sepertinya Yakobus mengingatkan bahwa orang-orang kaya, meskipun kerapkali menindas dan mengakibatkan penderitaan bagi orang-orang miskin, tetaplah saudara di dalam Kristus (Nystrom). Kebencian yang muncul di antara mereka tidak boleh membuat mereka menghakimi satu dengan yang lain. Hanya ada Satu Hakim, yakni Kristus. Dia adalah satu-satunya yang memiliki hak untuk menghakimi dan memberika hukuman. Manusia memiliki distorsi yang sangat besar untuk menjadi hakim atas sesamanya. Karena itu jemaat harus menyadari bahwa Sang Hakim telah berdiri di depan pintu dan siap menghakimi, mereka harus melepaskannya dan memberikan penghakiman kepada Dia. Pada pasal sebelumnya Yakobus juga menyebutkan istilah hakim dan mengatakan hanya ada satu hakim dan Ia adalah pembuat hukum dan Pribadi yang berkuasa untuk menyelamatkan dan membinasakan (Yak. 4:12). Hakim itu akan membela mereka yang benar dan ia juga akan memberikan penghakiman atas mereka yang bersalah terhadap hukumNya.
10 Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan.
Yakobus memberikan suatu teladan yang kerapkali muncul dalam kitab suci mengenai ketekunan dalam penderitaan. Hampir seluruh nabi Tuhan yang melayani Tuhan dan memberitakan firmanNya menghadapi pergumulan dan penderitaan yang hebat. Mereka semua berjuang, bertahan dan bersabar dalam penderitaan selama mereka melakukan panggilan Allah dalam hidup mereka. Yakobus menuliskan “nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan,” untuk menegaskan bahwa penderitaan yang mereka alami bukanlah akibat kesalahan mereka sendiri. Penderitaan tersebut muncul dalam tugas yang berasal dari Tuhan.
Memberikan contoh dan kebajikan dari teladan seseorang adalah salah cara argumentasi yang penting pada masa kuno, sehingga Yakobus tidak mengabaikan memberikan contoh-contoh kesabaran yang telah dimanifestasikan oleh para nabi. Dalam khotbah di bukit Yesus juga menggunakan contoh penderitaan para nabi sebagai contoh (Matt. 5:10–12). Sebab sama seperti para nabi yang dianiaya dalam pelayanan mereka, jemaat pembaca surat Yakobus juga berada dalam kehendak Allah meskipun menderita. Penderitaan pada dirinya sendiri bukanlah buah dari dosa dan ketidaksetiaan, sehingga mereka yang berada dalam pergumulan dan penderitaan belum tentu karena mereka tidak setia kepada Allah. Justru sebaliknya, Paulus menyatakan “setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Tim. 3:12).
Apa keteladanan yang diberikan oleh para nabi dalam penderitaan mereka? Keteladanan tersebut mendorong mereka untuk mengingatkan bahwa Tuhan peduli ketika mereka menghadapi penderitaan karena Allah. Elia menyampaikan pesan Tuhan bahwa hujan tidak akan turun selam 3 tahun namun Allah memeliharanya di tepi sungai kerit melalui burung gagak Kemudian pada waktuNya, Allah memberikan kemenangan kepada Elia atas nabi-nabi Baal. Memang ada sebagian para nabi yang tidak mendapatkan “pertolongan” Tuhan pada waktu itu sehingga mereka mati namun Allah tetaplah Allah yang peduli yang akan memberikan mereka upah atas apa yang mereka lakukan bagi Allah. Sehingga meskipun pada saat ini, pembaca Yakobus mengalami pergumulan Allah akan memberikan perolongan pada waktuNya. Meskipun seolah-olah Allah tidak menolong mereka harus tetap setia sebab seperti para nabi yang sabar menderita bagi Tuhan hendaklah mereka juga melakukan hal yang demikian.
11 Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya (τέλος) disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.
Ayub, salah satu tokoh kitab suci yang disebutkan Yakobus sebagai teladan ketekunan menimbulkan kebingungan kepada para ahli sebagai contoh orang yang sabar dalam penderitaan sebab Ayub memiliki banyak catatan kepahitan kepada Allah (7:11–16; 10:18; 23:2; 30:20–23). Sebagian para ahli berpendapat latar belakang penulisan Yakobus mengenai Ayub ini adalah dengan memperkirakan bahwa Yakobus menarik kesimpulan dari catatan kitab apokrifa The Testament of Job yang menggambarkan Ayub yang sabar dalam penderitaan sementara isterinya mengeluh kepadanya dan Allah. Namun hipotesa terhadap latar belakang pemikiran Yakobus tentang Ayub ini terlalu dangkal dan kitab kanon jauh lebih berotoritas dari pada apokrifa. Catatan tentang Ayub, dalam kitab kanon, yang bergumul dan berkeluh kesah kepada Allah sebenarnya tidak menunjukkan Ayub yang buruk atau gagal dalam kesabaran.Keluhan yang keluar dari mulut Ayub sama dengan keluhan para pemazmur sehingga ucapan-ucapan Ayub terhadap penderitaannya adalah buah dari pergumulan imannya kepada Allah, bukan keluhan dan tangisan orang yang kehilangan iman. Sehingga pada bagian akhir kitab Ayub Allah akhirnya memulihkan keadaan Ayub baik kesehatan, keluarga maupun harta bendanya. Sebab kepada teman-teman Ayub Allah berkata “sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub” (Ayub 42:8).
Pembaca Yakobus telah mendengar (ἠκούσατε) ketabahan Ayub dan telah melihat (εἴδετε) bahwa Tuhan pada akhirnya memberikan upah bagi mereka yang tahan uji. . Beberapa penafsir memahami τέλος sebagai “hasil” atau “output,” sehingga setelah bertekun dalam penderitaannya ia memperoleh hasil atau buahnya, yakni semuanya dikembalikan oleh Tuhan (Ayub 42:12-17). Sehingga hal ini menunjukkan bahwa berkat adalah janji bagi semua orang yang dapat bertahan sampai akhir dan mereka akan menerma berkat itu sebelum pergumulan itu berakhir. Pandangan ini jelas menentang anggapan yang berkata bahwa upah dari Allah selalu diterima pada waktu orang tersebut sudah meninggal atau sampai Tuhan datang kembali. Dalam kedaulatanNya, Allah mampu memberkati mereka selama mereka masih di dalam dunia ini. Namun Yakobus tidak sedang mempersempit makna berkat hanya pada aspek materi saja, meskipun dalam konteks Ayub, Allah memulihkannya secara material.
Bertahan dalam pencobaan pada dirinya sendiri adalah berkat dari pada Tuhan. Jadi orang Kristen yang bergumul dalam penderitaan tidak boleh hanya memiliki pengharapan akan sesuatu yang akan diterima diakhir tetapi juga melihat bahwa penderitaan itu sendiri menghasilkan ketekunan dan kedewasaan. Tetapi sebaliknya orang Kristen tidak boleh juga mengabaikan apa yang Allah janjikan bagi mereka yang teguh berdiri hingga akhir. Sebab penggunaan bentuk ὑπομένειν (kesabaran, - aorist participle) menunjukkan bahwa atribut berkat hanya berlaku bagi orang-orang yang ada di masa lalu sebagai rujukan kepada mereka yang berdiri teguh hingga akhir. Pikiran ini menyiratkan bahwa hal ini adalah berkat khusus dari Allah tertunda bagi mereka yang masih hidup. Hanya mereka yang telah bertahan sampai akhir bisa disebut “berbahagia.”Sehingga para nabi yang telah meninggal, termasuk Ayub, dan orang- orang Kristen yang setia di masa lalu harus disebut sebagai “orang yang berbahagia/ diberkati.” Secara sederhana Yakobus ingin mengatakan “mereka yang bertekun sampai akhir tidak akan kehilangan upah mereka,” dan Allah telah membuktikannya kepada para nabiNya dan Ayub.