Menjadi Kristen Yang Berkualitas

Bacaan : Kejadian 4 :1 - 5

Menjadi Kristen Yang berkualitas sudah pasti kita harus mengutamakan kualitas. Sayangnya, banyak orang kristen yang hidup dalam era instant ini lebih suka segalanya cepat jadi. Masalah kualitas sudah tidak di utamakan lagi. Padahal untuk memberi nilai dalam kehidupan supaya mencapai kepenuhan hidup, manusia harus mengutamakan kualitas dalam hidupnya.

Bagi kita orang kristen hidup sekedarnya saja adalah satu hal yang haram. Mengapa? Karena saat Yesus membayar kita secara lunas dengan darahNya sendiri, nilai hidup kita menjadi sangat berati, Karena itu, sangat tidak pantas kita yang sudah menjadi milik Kristus tidak memperhatikan dan meningkatkan kualitas hidup kita. Di mata Yesus, pola hidup apa adanya sesugguhnya hanyalah suatu konsep orang yang malas dan tak mau bersusah payah meraih yang terbaik di dalam kehidupan. Bagi orang Kristen kita dipanggil untuk menjadi saksi bagi kemuliaan Tuhan. Bagaimana bisa menjadi teladan jika kita hidup tak berkualitas? Paling-paling kita akan dicemooh!

Menjadi Kristen Yang Berkualitas

Sungguh tak logis jika kita mau menyatakan kebeneran  Kristus padahal hidup kita tak beres. Karena itu pantas bagi kita sebagai saksi Yesus untuk hidup  berkualitas baik dalam rumah tangga, studi, pekerjaan, perilaku, kasih dan terutama di dalam hidup rohani kita. Harus kita sadari bahwa iman yang dipersembahkan secara total kepada Allah. Jika kita rindu menjadi kristen berkualitas tentu kita harus berupaya meningkatkan kualitas hidup secara  menyeluruh: jasmani, jiwani dan rohani.

Ya, kita harus bertobat dari segala hal yang menghambat kita meraih kualitaas hidup yang prima. Percuma saja menjadi orang Kristen tapi tak dapat menjadi teladan yang baik dalam kehidupan. Jadilah seperti Habel, apa yang dilakukanya untuk Tuhan layak di hadapanya. Percayalah, segala yang kita lakukan semua ada harganya di hadapan Tuhan.

Perlu kita ingat bahwa persembahan Habel di terima Allah karena ia telah memberikan yang terbaik dari apa yang di milikinya. Ia tidak memberikan sisa-sisa dari perbendaharaan hidupnya. Habel sadar bahwa kualitas hidup senantiasa bergantung dari apa yang diserahkanya pada Tuhan. Jika ia akan memberikan yang terbaik pada Tuhan, niscaya ia akan menerima yang terbaik pula dari Tuhan. 

Bagikan Ini :

Previous
Next Post »