Bacaan : Kisah Para Rasul 5 : 1 -11
Dusta mendustai sudah menjadi bagian manusia. Sejak dunia di ciptakan, manusia sudah saling mendustai. Akibatnya manusia sengsara. Anehnya, persoalan dusta mendustai tak hilang dari manusia sekalipun tahu hal itu merusak dan merugikan. Mengapa begitu? Tentu karena dosa. Jika dosa menguasai maka kita akan dicengkeramnya sampai kita kehilangan jati diri sebagai mahluk rohani.
Dulu, di zaman gereja mula-mula, orang berduyun-duyun membawa bantuan mereka kepada para rasul untuk di bagikan kepada orang miskin. Ada yang menjual rumahnya, kebunya dan harta lainya. Pokoknya beri memberi pada waktu itu sudah menjadi pola yang baku dalam komunitas Kristen waktu itu. Dan, mereka Melihat perbuatan kasih yang agung itu banyak orang tertarik melakukanya juga. Tapi sayang, dalam situasi yang murni ada sepasang suami istri coba latah. Ya, sekedar iku-ikutan. Mereka kira mengasihi sekedar tindakan ikut rame-rame semata. Mereka tak sadar mengasihi adalah hal yang luar biasa sebab tindakan itu adalah berkorban.
Mereka adalah Ananias dan Safira, mereka kira perbuatan kasih itu sekedar asal sudah memberi. Mereka tak tahu memberi itu tindakan yang harusnya timbul dari hati nurani. Karena mereka tak mengerti arti kasih yang sebenarnya ahkirnya mereka mencoba berpura-pura untuk mengasihi. Mereka menjual sebidang tanah dan memberikan hasilnya kepada para rasul. Sayang, keputusan iman yang mereka buat dengan cara menjual tanahnya dihadang oleh rasa cinta diri mereka yang akut. Akibatnya mereka hanya memberikan setengah dari hasil penjualan tanah.
Sebenarnya, apa yang mereka lakukan sudah benar, namun hati mereka tidak benar. Ananias dan Safira lupa bahwa sesunguhnya Allah tak melihat jumlah pemberian kita, tapi yang Allah tilik adalah hati kita di saat memberi. Allah menginginkan kita memberi dengan sukacita dan tanpa merasa terpaksa. Sekiranya Ananias dan Safira memberi dengan tulus pasti mereka tak dijemput malaikat El maut.
Saudaraku, Ananias dan Safira sudah korban karena ketidak jujuran mereka di hadapan Tuhan. Masihkah kita mencoba mendustai Allah dalam kehidupan kita? Kita memang masih bisa lengah dalam hidup, tapi hendak hal itu kita waspadai agar kita tak menjadi korban oleh dusta yang kita lakukan.
Allah ituh Mahasabar, tapi jangan jadikan itu kesempatan bagi kita untuk memperhebat potensi dusta kita. Kalau kita sudah janji untuk memberi kepada Allah, upayakanlah itu untuk dipenuhi dan mintahlah Allah untuk kebenaran kita membayar janji kita sekalipun hal itu membutuhkn waktu yang lama. Tapi ingat, jangan sampai kesabaran Allah itu hilang. Kita bisa binasa.